Cari Blog Ini

Jumat, 07 Agustus 2009

Asal-usul Tangerang sebagai Kota Benteng

Untuk mengungkapkan asal-usul tangerang sebagai kota "Benteng", diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut sari tulisan F. de Haan yang diambil dari arsip VOC,resolusi tanggal 1 Juni 1660 dilaporkan bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat sungai Untung Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten telah memindahkan 5 sampai 6.000 penduduk.



Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat Radin Sina Patij dan Keaij Daman sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat Sultan. Sebagai gantinya diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati. Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC. Tetapi ia terbunuh di Kademangan.

Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register tertanggal 4 Maret 1980 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah Keaij Dipattij Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya Subraja minta perlindungan kompeni dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya (keterangan ini terdapat dalam Dag Register tanggal 2 Juli 1982). Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat di sebelah timur sungai, berbatasan dengan pagar kompeni.

Ketika bertempur dengan Banten, ia beserta ahli perangnya berhasil memukul mundur pasikan Banten. Atas jasa keunggulannya itu kemudian ia diberi gelar kehormatan Raden Aria Suryamanggala, sedangkan Pangerang Subraja diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara sungai Angke dan Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I. Kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684, Tangerang menjadi kekuasaan kompeni, Banten tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah satu pasal dari perjanjian tersebut berbunyi: "Dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau Tangerang dari pantai Laut Jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari daerah Selatan hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah disepanjang Untung Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati kompeni"

Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai Tangerang, karena orang-orang Banten selalu menekan penyerangan secara tiba-tiba. Menurut peta yang dibuat tahun 1962, pos yang paling tua terletak di muara sungai Mookervaart, tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun kemudian ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepatnya di muara sungai Tangerang.

Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia tanggal 3 April 1705 ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena hanya berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok. Gubernur Jenderal Zwaardeczon sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan diinstruksikan untuk membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat melakukan penyerangan. Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu direncanakan punya ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan ditempatkan 30 orang Eropa dibawah pimpinan seorang Vandrig(Peltu) dan 28 orang Makasar yang akan tinggal diluar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.

Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang Makasar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi basis kompeni dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun 1801, diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan letak bangunan baru 60 roeden agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal 17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan sebutan "Benteng". Sejak itu, Tangerang terkenal dengan sebutan Benteng. Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut "Superintendant of Publik Building and Work" tanggal 6 Maret 1816 menyatakan: "...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya"()

Sumber : www.tangerangkota.go.id

Kota Tangerang memiliki 9 situ/danau

Jumlah situ di Kota Tangerang mengalami penurunan. Hal ini akibat perkembangan guna lahan terbangun. Jumlah situ di Kota Tangerang saat ini hanya tinggal 6 (enam) buah lagi itu pun dalam kondisi yang memprihatinkan. Jika tidak ada tindakan konservasi terhadap situ-situ yang tersisa tersebut, dapat dipastikan jumlah situ yang ada akan terus berkurang dan bukan suatu hal yang tidak mungkin keberadaan situ hanya ada dalam sejarah.

Situ adalah suatu wadah genangan air diatas permukaan tanah yang terbentuk secara alami rnaupun buatan, dengan sumber air yang berasal dari air tanah dan atau air permukaan. Situ merupakan salah satu bentuk kawasan lindung setempat (non-hutan). Situ memiliki berbagai fungsi penting, antara lain sebagai tempat parkir air dan kawasan resapan air, sehingga dapat mengurangi volume air permukaan (run off) yang tidak tertampung (penyebab banjir). Disamping itu, situ dapat dimanfaatkan sebagai irigasi, pengimbuh (recharge) air pada cekungan airtanah, cadangan air bersih, perikanan darat, sarana rekreasi, memperindah wajah kota maupun wisata alam.

Situ yang saat ini telah hanya menjadi sejarah adalah Situ Kompeni di Kecamatan Benda, Situ Plawad di Kecamatan Cipondoh dan Situ Kambing di Kecamatan Karang Tengah. Dari situ yang telah hilang ini, Situ Kompeni merupakan situ dengan area terluas mencapai 70 Ha.

Situ yang masih dapat kita nikmati keberadaannya sampai dengan saat ini adalah Situ Cipondoh di Kecamatan Cipondoh, Situ Gede di Kecamatan Tangerang, Situ Cangkring di Kecamatan Priuk, Situ Bulakan di Kecamatan Priuk, Situ Kunciran di Kecamatan Pinang dan Situ Bojong di Kecamatan Pinang. Situ Cipondoh merupakan situ dengan area terluas yang mencapai 142 Ha. Namun demikian, akibat proses alami atau proses non alami, luas areal situ ini semakin berkurang dan hingga saat ini hanya seluas 126,17 Ha. Kedalaman situ-situ ini berkisar antara 2,5 m - 3 m.

Akankah kita membiarkan situ-situ yang tersisa menjadi tinggal nama?atau kita lakukan penyelamatan situ dan pengembangan situ-situ baru yang dapat memberikan banyak kebaikan bagi kota kita tercinta..!?***

sumber : www.tangerangkota.go.id

Waspadai Penyakit Pancaroba Pada Anak

Saat pergantian musim terjadi, tubuh beradaptasi ekstra keras menghadapi perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan. Udara yang semula panas-kering, tiba-tiba menjadi dingin-lembap. Kondisi ini, menimbulkan ketidaknyamanan, juga membuat tubuh mudah terserang penyakit. Umumnya musim pancaroba diawali hujan yang tidak merata.Ini menyebabkan sebagian kawasan masih tetap berdebu dan berudara panas.

Selanjutnya, debu dan kotoran yang masih tersisa di kawasan tersebut dengan mudah diterbangkan angin ke kawasan lain, dan menjadi vektor (pembawa) penyakit. Anak-anak, terutama usia balita, termasuk yang rentan penyakit di musim pancaroba. Kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin berkembang menjadi gangguan kesehatan yang merugikan.

Demam
Demam adalah salah satu gangguan kesehatan yang kerap diderita anak di musim pancaroba. Ini bisa jadi lantaran baru di musim pancaroba inilah anak-anak digempur serangan berbagai kuman (biasanya virus) secara besar-besaran. Demam bukan penyakit. Melainkan gejala bahwa tubuh tengah membangun pertahanan melawan infeksi. Lebih tepatnya, demam bisa merupakan gejala aneka penyakit. Mulai infeksi ringan sampai yang serius.

Penyakit Saluran Pernafasan

Salah satu penyakit anak di musim pancaroba yang didahului demam adalah penyakit pada sistem pernapasan. Demam yang merupakan gejala penyakit sistem pernafasan biasanya ringan sampai sedang (37,4 – 39,4 derajat Celsius).

Tapi pada beberapa kasus influensa pada anak, demam bisa mencapai 39,9 derajat Celsius. Gejala awal penyakit saluran pernapasan bisa berupa batuk, yang kadang disertai sesak napas. Bisa juga berupa batuk yang disertai pilek, bersin-bersin dan peningkatan suhu tubuh. Bisa juga muncul gejala khusus, yaitu pernapasan yang tidak normal.

Berdasarkan lokasi yang diserang, penyakit ini dibedakan menjadi dua:

• Penyakit saluran pernapasan bagian atas .Umumnya gejala penyakit saluran napas bagian atas lebih ringan, misalnya batuk-pilek. Hanya saja pada kasus tertentu bisa muncul gejala yang serius, misalnya demam yang agak tinggi (pada radang tenggorok) dan toksemia atau keracunan (pada difteri).

• Penyakit saluran pernapasan bagian bawah.

Gangguan di bagian ini bisa memunculkan bronkopneumonia, yaitu radang paru-paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorokan yang mengalami infeksi, dan bronkioetitis, yaitu infeksi serius pada cabang terakhir saluran napas yang berdekatan dengan jaringan paru-paru.

Penyakit Saluran Cerna

Di peralihan musim kemarau ke musim hujan, kasus penyakit ini menjadi tinggi lantaran banyaknya debu dan kotoran yang berpotensi menjadi vektor. Penyakit ini juga sangat erat kaitannya dengan pola konsumsi makanan. Sebab penyakit ini umumnya disebabkan kuman atau virus yang biasa mencemari makanan dan minuman, apakah itu makanan buatan rumah ataupun makanan jajanan dari luar rumah. Mengingat pola makan anak yang cenderung semaunya, kemungkinan terjadinya penyakit ini menjadi sangat besar.

Penyakit saluran cerna biasanya didahului keluhan mencret, mual dan muntah. Gejala muntah dan mencret biasanya disertai demam, sakit kepala dan mulas-mulas. Tinja anak mungkin tampak berlendir dan bahkan berdarah (jika penyebabnya bukan infeksi, gejala muntah dan mencret jarang disertai mulas dan tinjanya pun tanpa lendir dan darah).

Agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan, pertolongan pertama biasanya diprioritaskan untuk menghentikan muntah dan mencret. Dan setelah diberi penanganan, dalam 3 hari umumnya keluhan berkurang. Jika tidak, anak perlu mendapatkan penanganan yang lebih serius.



Pencegahan dan Pengobatan

Menjaga asupan makanan anak.
Nutrisi yang cukup - sesuai usia, berat badan dan aktivitas anak Anda - akan meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Melengkapinya dengan multivitamin.
Suplemen ini mengandung beragam vitamin esensial (yang tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh). Bila diberikan secara tepat – komposisi dan dosisnya disesuaikan dengan kebutuhan anak – multivitamin bisa membantu meningkatkan ketahanan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit pancaroba.
Pastikan setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut anak adalah yang terjamin kebersihannya. Artinya, selain harus lebih higienis dalam mengolah dan menyiapkan makanan di rumah, bujuklah anak untuk tidak jajan sembarangan.

Sumber : http://www.conectique.com

Allah SWT Menunggumu

Seandainya kita mengetahui bahwasanya kita memiliki seorang raja yang mampu menjamin segala kebutuhan hidup kita di dunia dan di akhirat, yang berkuasa untuk mengampuni dan menghukum segala bentuk kesalahan kita, yang mampu menyelamatkan kita dari segala bentuk musibah dan kemudharatan, yang mampu menimpakan musibah kepada kita, yang tidak pernah berdusta atau menzalimi kita, yang selalu siap untuk membela kita, yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita dalam hal apapun, yang tiada tandingannya dalam hal apapun, tiba-tiba menunggu kedatangan kita… mungkin kita tidak akan berpikir panjang lagi, kita akan segera mendatanginya tanpa menunggu apapun. Dan sebisa mungkin, tentunya kita akan berusaha untuk membawakan sesuatu yang terbaik dari yang kita miliki.



Segera menghampiri serta membawakan dan memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, itulah yang pastinya akan kita lakukan. Dan itulah yang memang sepatutnya kita lakukan terhadap seorang raja yang memiliki jasa teramat besar tiada taranya bagi kita.
Hal itu pulalah yang harusnya kita lakukan kepada Allah swt, Penguasa seluruh alam. Allah swt yang menjamin segala kebutuhan hidup seluruh makhluk, Allah swt yang berkuasa untuk mengampuni dan menghukum segala bentuk kesalahan dan dosa seluruh makhluk-Nya, Allah swt yang mampu menyelamatkan kita dari segala bentuk musibah dan kemudharatan, Allah swt yang mampu menimpakan musibah sebagai teguran maupun hukuman bagi seluruh makhluk-Nya, Allah swt yang tidak pernah berdusta atau menzalimi kita, Allah swt yang selalu siap membela umatnya yang benar, Allah swt yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya, Allah swt yang tiada tandingannya dalam hal apapun.
Tahukah engkau bahwa sesungguhnya Allah swt senantiasa menanti kita semua? Allah swt rindu akan perbuatan baik kita kepada-Nya. Allah swt ingin sekali agar kita berbuat baik kepada-Nya. Tahukah engkau dimana Allah swt senantiasa menanti kita?
Ketahuilah saudaraku, sesungguhnya Allah swt senantiasa menanti kita semua ditempat dimana orang-orang miskin, orang-orang yang kelaparan, orang-orang yang kehausan, dan orang-orang sakit berada. Allah swt menanti kita di tempat hamba-hamba-Nya yang tidak mampu, serba kekurangan, dan membutuhkan uluran tangan dari kita.
Rasulullah saw bersabda:
Abu Hurairah ra. berkata:Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat Allah swt akan memanggil dan berkata: ‘Hai anak Adam, Aku sakit dan kau tidak menjenguk kepada-Ku’. Jawabnya: ‘Rabb-ku bagaimana aku menjenguk kepada Engkau padahal Engkau Rabbul’alamin?’ Firman Allah swt: ‘Apakah kau tidak tahu bahwa si fulan hambaku sedang sakit, maka kau tidakmenjenguk padanya. Apakah kau tidak mengetahui sekiranya kau menjenguk niscaya kau akan mendapati Aku di sana?’ ‘Hai anak Adam, Aku minta makan, maka tidak kau beri makan.’ Jawabnya: ‘Rabb-ku, bagaimana aku akan memberi makan kepada Engkau padahal Engkau Rabbul’alamin?’ Firman Allah swt: ‘Tidakkah kau mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan minta makan kepadamu, maka tidak kau beri makan. Apakah kau tidak tahu bahwa sekiranya kau memberi makan kepadanya, tentu kau dapatkan itu pada-Ku?’ 'Hai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu, maka tidak kau beri minum.’‘Rabb-ku bagaimana aku akan memberi minum kepada-Mu padahal Engkau Rabbul’alamin.’ Firman Allah swt: ‘Fulan hamba-Ku minta minum kepadamu, maka tidak kau beri minum, apakah kau tidak mengetahui bahwa sekiranya kau beri minum, niscaya kau mendapatkan itu padaku.’” (HR. Muslim, Kitab Riyadhus shalihin II). Jawabnya:
Wahai saudaraku, ingatkah kita sedah berapa banyak orang miskin yang kelaparan, kehausan, sakit, dan membutuhkan uluran tangan kita namun kita mengabaikannya. Kita tidak membantunya, justru kita berburuk sangka kepada mereka, mencurigai mereka, membenci mereka, dan menjauhi mereka.
Bayangkanlah saudaraku, bagaimana jika orang yang menderita itu, yang kelaparan, yang kehausan, yang sakit, yang membutuhkan pertolongan itu adalah diri kita, bukan mereka, apa yang akan kita lakukan?
Hadits di atas mengatakan bahwa Allah swt senantiasa bersama orang-orang yang lemah, miskin, kelaparan, kehausan, dan membutuhkan pertolongan. Kemudian, hadits tersebut uga menggambarkan betapa sombongnya orang yang mampu namun tidak mau mengulurkan bantuannya kepada saudara-saudaranya yang tidak mampu, betapa sombongnya orang yang tidak memperdulikan keadaan orang-orang yang kelaparan dan kehausan, padahal Allah swt Dzat Yang Maha Sempurna sedang bersama mereka menunggu uluran tangan kita.
Berdasarkan hadits di atas, tidak memperdulikan nasib saudara-saudara kita yang tengah mengalami penderitaan, baik karena musibah, penyakit, kemiskinan, dan sebagainya, berarti sama saja tidak memperdulikan Allah swt. Maka bersiaplah untuk mendapatkan sidang Allah swt di hari kiamat kelak.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendatangi panggilan dan penantian Allah swt dengan senantiasa berbagi bersama mereka yang tengah mengalami penderitaan berupa kelaparan, kehausan, kemiskinan, bencana, penyakit, dan lain-lain.
Wallahua’lam.
sumber : www.syahadat.com

Situs Bersejarah Tangerang Nyaris Punah

Situs bersejarah di Kota Tangerang nyaris punah. Saat ini tinggal 13 situs yang masih tersisa di permukaan tanah dan tak terawat. Padahal situs tersebut seharusnya dilindungi karena mengandung nilai pendidikan dan bisa menjadi obyek wisata sejarah Kota Tangerang.


Situs bersejarah di Kota Tangerang nyaris punah. Saat ini tinggal 13 situs yang masih tersisa di permukaan tanah dan tak terawat. Padahal situs tersebut seharusnya dilindungi karena mengandung nilai pendidikan dan bisa menjadi obyek wisata sejarah Kota Tangerang.

Situs yang masih tersisa antara lain bekas benteng Belanda berbentuk limas, segi empat dan menara pantau di pinggir kali Cisadane, Jalan Kisamaun, Kali Pasir Kota Tangerang. Selain itu terdapat makam yang masih berada di atas permukaan tanah yang juga berada di pinggir kali Cisadane.

Dua situs lain berupa pintu gerbang milik Belanda di Jalan Daan Mogot, Batuceper, Kota Tangerang bertuliskan Leen Hoof dan Weer Gade.

Menurut Uyus Setyabakti, Sekretaris Koalisi Antar Generasi, tiga situs 'bentengan' yang tepat berada di pinggir kali Cisadane setengahnya kini berada di bawah permukaan air.

Situs yang merupakan cikal bakal nama Tangerang tersebut kini terancam rusak oleh pembangunan turab kali Cisadane. Sementara itu tiga situs bersejarah yaitu rumah tua 'Oei Ji San' dan rumah bola serta pabrik karet 'rubben klappen' di Karawaci telah jelas-jelas hilang.

Uyus Setyabakti menyayangkan hilangnya situs-situs tersebut. Menurutnya, pemerintah setempat seharusnya menyikapi dengan menerbitkan SK Walikota atau kepala daerah yang menyatakan bahwa situs tersebut milik Kota Tangerang atau pemerintah setempat.

"Perawatannyapun harus dibiayai oleh pemerintah setempat," kata Uyus Setyabakti kepada tangerangonline, Selasa (04/08/09).

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Budaya serta Pariwisata Kota Tangerang, Tabrani, menyatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk menjaga situs-situs bersejarah tersebut.

"Untuk yang di pinggir kali Cisadane (makam), kita telah berkoordinasi dengan pelaksana proyek turab pelebaran kali Cisadane agar tidak merusak situs yang berada di sekitar lokasi," kata Tabrani melalui telepon

Sumber : www.tangerangonline.com

Sinar Matahari Yang Menyehatkan

Studi terbaru tentang Bioteknologi menemukan bahwa, Sinar-Inframerah-Gelombang Panjang (Far Infrared/FIR dengan panjang gelombang antara 6-14 mikron) yang bisa kita dapat pada saat matahari condong yaitu sebelum pukul 09.00 pagi dan setelah pukul 16.00 sore, berperan penting dalam formasi dan pertumbuhan makhluk hidup. Termasuk memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia .

Manfaat itu antara lain :
- Membantu memproduksi Vit.D. Disaat mengenai kulit, sinar matahari mengubah simpanan kolesterol di bawah kulit menjadi Vit. D. Memaparkan 5 menit, akan memberikan 400 unit Vit D.Vit D yang dihasilkan akan membantu penyerapan kalsium yang bermanfaat untuk menguatkan tulang, memperbaiki tulang dan mencegah osteoporosis, Rakhitis dan Osteomalacia (Pelembutan tulang yang tidak normal)
-Sinar matahari memiliki efek desinfektan atau pembersih kuman.Bisa membunuh bakteri, Virus dan jamur.
Sangat bermanfaat untuk perawatan TBC, keracunan darah, peritonitis, pnemonia dan asma saluran pernafasan.
-Menurunkan resiko diabetes, karena sinar matahari memberikan kemudahan bagi glukosa untuk diserap masuk ke dalam sel sel tubuh. ini merangsang tubuh untuk mengubah gula darah (Glukosa) menjadi gula yang tersimpan (Glycogen) yang tersimpan di hati dan otot , sehingga menurunkan gula darah.
-Meningkatkan kapasitas darah untuk membawa oksigen dan menyalurkan kejaringan-jaringan tubuh.
-Menambah sel darah putih, terutama limfosit, yang digunakan untuk menyerang penyakit dan antibodi (Gamma Globulins)menjadi bertambah.

Demikian semoga bermanfaat.

Sumber
Majalah Ar-risalah
Sya'ban-Ramadhan 1430 H/Agustus 2009

Nishfu Sya'ban

BULAN SYA'BAN (bulan kedelapan dalam sistem penanggalan Hijriyah) adalah bulan yang penuh keutamaan namun sering dilupakan umat Islam karena bulan ini diapit oleh dua bulan utama. Pertama, bulan Rajab yang teristimewa karena pada bulan ini terjadi peristiwa besar Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan kemudian mulailah ada kewajiban melaksanakan shalat lima waktu. Kedua bulan Ramadhan, saat kaum muslimin diwajibkan menjalankan puasa sebulan suntuk dan saat pahala kebaikan dilipatgandakan.

Sedianya bulan Sya’ban tidak dilupakan karena setelah mendapatkan banyak pelajaran tentang Isra’ Mi’raj dan setelah membenahi shalat kita pada akhir bulan Rajab, maka pada bulan Sya’ban saatnyalah mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan.
Lagi pula, dalam bulan Sya’ban sendiri terdapat berbagai keistimewaan. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah SWT turun pada malam Nishfu Sya'ban (pertengahan Sya’ban) ke langit dunia dan akan mengampuni manusia lebih dari jumlah banyaknya bulu kambing dan anjing. [HR Tirmizi].
Mu'az Ibn Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Pada malam Nishfu Sya'ban. Allah akan melihat semua makhluk-Nya, kemudian mengampuni mereka kecuali yang musyrik dan orang yang memusuhi orang lain. [HR Sunan Ibn Majah].
Oleh para ahli hadits, dua hadits di atas dianggap yang tidak terlalu valid alias dla’if karena ada beberapa kesimpangsiuran dalam periwayatan dan mengenai periwayat haditsnya (sanad). Namun guna menyemangati hamba dalam menjalankan ibadah (fadlailul a’mal) para ulama membolehkan hadits ini sebagai pegangan. Selain itu, diriwayatkan juga Rasulullah SAW paling mencintai bulan ini dan beliau tidak melakukan puasa (selain Ramadhan) sebanyak puasa di bulan ini [HR Ahmad dari Usamah bin Zaid].
Nah, ada perbedaan pendapat diantara umat Islam dalam menyikapi satu hal dalam bulan ini, yaitu yang tersebut dalam hadits di atas sebagai Nishfu Sya’ban. Nishfu artinya setengah atau pertengahan. Nishfu Sya'ban berarti pertengahan bulan Sya'ban atau malam tanggal 15 Sya'ban dan esok harinya. Sebagian besar umat Islam menjalankan berbagai macam ibadah pada malam nisfu sya’ban, namun umat Islam yang lain ada yang tidak sepakat dan bahkan menganggap ibadah yang telah dilakukan oleh umat Islam pada malam Nishfu Sya’ban itu sebagai ibadah yang menyimpang atau mengada-ngada (bid’ah) karena tidak dicontohkan atau diperintahkan oleh Nabi secara langsung.
Ibn al-Jauzi memopulerkan hadits dari Abi Hurairah bahwa Nabi SAW telah bersabda: Siapa yang melakukan shalat pada malam Nishfu Sya'ban sebanyak dua belas rakaat dan membaca qul huwallahu ahad (Surat al-Ihlas) tiga puluh kali pada setiap rakaatnya, ia tidak akan keluar dari dunia ini sebelum melihat tempat duduknya di dalam surga dan memberi syafa'at sepuluh orang ahli keluarganya yang seluruh masuk neraka.
Di dalam hadits ini ada enam orang perawinya yang identitasnya kurang lengkap (majhul), yaitu: Ahmad Ibn 'Ali Al-Khatib, Abu Sahl 'Abd As-Samad Ibn Muhammad Al-Qantari, Abu Al-Hasan 'Ali Ibn Ahmad Al-Yunani, Ahmad Ibn 'Abd Allah Ibn Dawud, Muhammad Ibn Jabhan, dan 'Umar Ibn Ar-Rahim.
Hadits lain ditakhrij oleh oleh Imam As-Suyuti bahwa Ibrahim meriwayatkan 'Ali Ibn Abi Talib melihat Rasulullah pada malam Nishfu Sya'ban berdiri lalu beliau melakukan shalat empat belas rakaat. Setelah selesai lalu Nabi duduk kemudian membaca ummul Qur'an (Surat Al-Fatihah) empat belas kali, qul huwallahu ahad (Surat al-Ihlas) empat belas kali, ayat kursi satu kali. Ketika Nabi selesai shalat Ali bertanya tentang apa yang telah dia lihat. Rasulullah SAW lalu bersabda: "Siapa yang melakukan yang seperti apa yang telah engkau lihat, adalah baginya seperti dua puluh kali mengerjakan haji yang mabrur (sempurna), puasa dua puluh tahun yang maqbul (diterima), dan jika ia puasa pada siangnya, ia seperti puasa enam puluh tahun yang sudah lalu dan setahun yang akan datang.
Hadits yang tersebut di atas juga menyandung tujuh orang perawinya yang majhul bahkan ada seorang perawi yang dianggap sebagai pemalsu hadits yaitu Muhammad Ibn al-Muhajir sebagaimana penilaian yang dikemukakan oleh As-Suyuti sendiri.
Dengan demikian hadits-hadits yang menjelaskan ibadah yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW seperti di atas adalah dla’if. Para ulama menyatakan bahwa hadits dla’if dapat diamalkan dan diikuti sebatas sebagai penyemangat ibadah (fadailul a'mal), berisi nasihat-nasihat dan cerita-cerita baik, bukan untuk menentukan halal dan haram dan tidak berhubungan dengan sifat-sifat Allah SWT. Pendapat ini diperpegangi oleh Ahmad Ibn Hanbal, an-Nawawi, Ibn Hajar al-Asqalani, As-Suyuti, dan lainnya.
Perdebatan di kalangan umat Islam juga semakin mendalam ketika ada kalangan umat Islam lainya yang tidak menyia-nyiakan malam nisfu Sya’ban untuk melakukan beberapa keutamaan seperti membaca surat yasin dan tahlil. Bagi kalangan yang terlalu kaku menganggap ibadah ini mengada-ngada karena jelas-jelas tidak ada hadits yang dloif sekalipun. Kalangan yang tersebut barusan tidak melakukan ibadah apapun yang pada waktu-waktu tertentu tidak dilakukan, diperintahkan atau dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
(A. Khoirul Anam)Sumber : http://www.nu.or.id

Subscribe via email

feedburner